Selasa, 14 Februari 2017

MyTrueStory(eps16)

Kali ini aku ingin bercerita berapa kali aku pindah rumah

Saat aku lahir aku tinggal di desa Rembul

Kemudian aku dibesarkan di desa Dukuh Salam (menumpang di rumha famili) hingga lulus SD, saat tinggal di Dukuh Salam, aku sempat beberapa kali pindah, akan tetapi tepatnya aku lupa.

Masuk SMP, aku dan ibuku tinggal di sebuah kamar kos ukuran 4x4 di Pakembaran. Kakakku sudah bekerja di Bekasi, ayahku sudah pergi (Saat itu ibu dan bapak sudah bercerai)

Kemudian kelas 2 SMP aku dan ibu  memutuskan pindah ke rumah dinas yang kondisinya benar-benar memprihatinkan. Hingga saat aku kelas 3 SMP, kakakku bergabung dengan kami karena kontrak kerjanya habis. 2 tahun aku tinggal di sana.

Masuk SMK, ibuku menikah dengan ayah tiriku, aku tinggal di  rumah ayah tiriku selama 2 tahun, hingga sebuah ketidaknyamanan yang cukup berarti menggangguku.

Naik kelas 3 SMK, aku memutuskan untuk menempati rumah kosong milik kerabatku. Lebih baik sendiri daripada harus menghadapi ketidaknyamanan bersama ayah tiriku, pikirku.

Hingga memasuki UN SMK, ibuku menghendaki aku kembali ke rumah ayah tiriku (yang sebenarnya juga bukan rumah ayah tiriku sendiri)

Nah, sebenarnya masih banyak kepidahan sementara yang lain yang sifatnya mengungsi dll. Karena terlalu banyak, aku lupa sebagian. Yang jelas, aku hidup nomaden.

MyTrueStory(eps15)

Pernahkah kalian diantar bapak ke sekolah/madrasah? Sejak kelas 1 SD aku ingin sekali merasakan hal itu. Akhirnya mimpi itu terwujud satu kali, yaitu saat aku kelas 5 SD. Pada minggu pagi bapak mengantarkanku ke madrasah menggunakan mobil sedan. Dengan bangganya aku turun dari mobil, seolah aku anak orang kaya.
Beberapa hari kemudian, diketahui mobil itu ternyata barang gelap, entah itu barang tadahan atau kredit yang bermasalah, aku tidak tahu pasti, yang kuingat ada bapak bapak berambut gondrong yang sangat aku takuti datang ke rumah. Dalam pelukan tetanggaku, mataku ditutup dan aku dipaksa masuk ke rumah, padahal aku sangat penasaran apa yang telah terjadi di sana.
Mungkin bapak sedang dipukuli, atau mungkin rumahku sedang diacak-acak?

MyTrueStory(eps14)

Aih. Padahal aku malu sekali, tetapi lagi lagi aku harus digotong gotong tetangga dalam kondisi menangis sesenggukan. Lagi, ibu dan bapakku bertengkar sampai ke luar rumah. Sudah menjadi hal biasa bagiku. Keesokan paginya, aku selalu merasa malu, malu dan malu. Hingga kini aku tidak cukup berani menapaki wilayah masa kecilku itu. Malu bertemu tetangga, malu mereka mengingat masa itu.

MyTrueStory(eps13)

Di suatu sore nan tenang, aku sedang bermain sepeda di depan rumah. Tiba-tiba seorang nenek tua datang menghampiriku.
"Bapak mana?!!" Tanyanya kasar.
"Aku tidak tahu mbah." Jawabku cuek.
"Aih. Dasar. Cantik-cantik anaknya tukang tipu."
DEG!
Kata itu seolah menyengat hatiku. Mana boleh anak kecil disambar kata kasar demikian? Hingga kini aku masih mengingat, dulu, aku tidak percaya diri bergaul dengan teman sebayaku. Paling hanya dua tiga orang yang rumahnya paling dekat. Untuk bergabung dengan puluhan anak lainnya, aku telah kehilngan kepercayaan diri."

MyTrueStory(eps12)

Saat aku masih duduk di sekolah dasar, aku kadang harus berani membuka pintu untuk tamu (penagih hutang).

Suatu ketika pagi-pagi aku sedang menali sepatu di depan pintu. Tiba-tiba datang seorang ibu-ibu

"Heh bapakmu mana?"
"Ngga ada di rumah tante" jawabku takut
"Anak kecil udah berani bohong?!!?" Bentaknya
Kemudian ia lanjutkan, "kamu mau ditembak polisi atau mau diseret aja ke kantor polisi?"

Bayangkan anak kelas 2 SD dibentak seperti itu. Bagaimana rasanya kawan?

Hingga kini (10 tahun kemudiaaku masih memikiki trauma akan suara ketukan pintu. Kadang aku memilih pura-pura tidur saja meskipun ia bukan tamu jahat.

Senin, 22 Agustus 2016

MyTrueStory(eps11)

Hari hariku dipenuhi semangat menabung. Hingga suatu ketika celenganku penuh akan receh. Mungkin 2-3 kilogram beratnya. Suatu hari ada tamu marah marah ke ibu. Ah. Ini mah orang nagih hutang lagi. Tak lama ia pergi.

Selang beberapa jam, celenganku dibongkar ibu. Recehan itu dimasukkan ke kresek bening. Aku ditarik ibu melangkah ke luar rumah. Ternyata kami menuju rumah sang penagih. Kresek uang itu diberikan kepadanya. Aku pun menangis tak karuan.

Beberapa hari kemudian penagih tersebut datang ke rumah, kali ramah. Aku yang saat itu sedang mandi, langsung mengambil sapu padahal masih telanjang.

Dengan semangat kugebuk gebuk badan sang penagih yang padagal wanita paruh baya. Tindakanku saat itu kelewatan memang, yah, namanya juga anak kecil. Beliau kini almarhum, mari kita doakan.

Bersambung eps 12

MyTrueStory(eps10)

Hari itu senang sekali hatiku. Dapat kiriman uang lima puluh ribu. Tepatnya dari kerabat di Bandung. Ibu sudah memperingatkanku, uang sebanyak itu jangan dimasukkan ke celengan. Nanti hilang. Tapi aku keukeuh sekali memasukkannya ke celengan.

Saat lebaran tiba, dengan semangat kubongkar celengan itu. Dan .... Hilang .... Tinggal seribu perak tersisa. Diketahui bapal yang mengambilnya. Seketika aku ngosek di teras. Lebaran tanpa baju baru di usia 4 tahun...

Bersambung eps 22